Om pàwakànah Saraswati wàjebhir wajiniwati yajñam wastu dhiyàwasuh

Rabu, 04 Agustus 2010

EKLETISME, Aliran “Memilih” dalam Arsitektur

Banyak sekali aliran di dunia arsitektur yang terus berkembang. Salah satunya adalah elektisme (Neo-Klasik).

Bangunan yang beraliran elektisme atau dikenal dengan sebutan Neo-Klasik tersebar di seluruh dunia. Penyebaran gaya arsitektur ini dimulai sejak orang-orang Eropa melakukan penjelajahan dan penaklukan di masa kolonial dan pasca kolonial.

Pada awal abad ke XIX, bentuk, gaya konstruksi, dan bahan bangunan dalam arsitektur mulai berkembang. Akibatnya muncul kejenuhan dan pemberontakan terhadap bentuk, konsep, dan norma arsitektur klasik. Pada masa itu bangunan klasik dibangun terbatas untuk memenuhi kebutuhan akan kuil, gereja, istana, dan tempat tinggal. Tetapi lewat peralihan dari klasik ke modern yang ditandai dengan elektisme, muncul tuntutan untuk kebutuhan baru seperti balaikota, stasiun kereta api, gedung pengadilan, opera pavilion, gedung pameran, dan museum. Sejak itu mulailah dirancang bangunan-bangunan baru yang bergaya elektisme. Bangunan ini mempunyai bentuk sendiri, tetapi tetap mengandung rasa sentimen dan nostalgia pada keindahan gaya masa lampau.

Elektisme sendiri artinya “memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya”. Kadang-kadang aliran ini menggabungkan beberapa unsur atau gaya menjadi bentuk baru. Tetapi tidak jarang bentuk yang dipakai pada aliran ini masih memperlihatkan suatu pola pikir akademis dalam bentuk konservatif. Para ahli sejarah arsitektur dunia mengungkapkan bahwa elektisme adalah arsitektur modern yang merupakan kelanjutan dan pengulangan seni klasik—bukan perubahan bentuk arsitektur secara revolusioner.

Tetap Meminjam yang Klasik

Eropa merupakan belahan dunia yang banyak melahirkan bangunan berciri khas arsitektur klasik. Karena itu tidak heran di Eropa banyak dijumpai bangunan-bangunan yang masuk dalam katagori aliran elektisme, tetapi keindahan bangunannya masih mengandung elemen-elemen klasik yang dipadukan atau bahkan diterapkan secara utuh.

Pengulangan kembali secara utuh ini kadang-kadang disebut Neo-Klasik, seperti misalnya Neo-Gothic yang karena keindahan dan kemegahan konsep-konsepnya, dipakai kembali terutama untuk bangunan monumental.

Yang unik pada aliran ini, saat para aristek merancangnya, pemilik bangunan dan si arsitek mempunyai “satu kata” yaitu memilih secara bebas gaya atau bentuk-bentuk yang paling cocok dan pantas menurut selera dan sosio-ekonomi mereka. Sehingga tidak jarang bangunan Neo-Klasik mempunyai bentuk baru yang berasal dari berbagai macam gaya arsitektur, sehingga tampil lebih kompleks dan bervariasi.

Senin, 02 Agustus 2010

CONTOH SURAT UNDANGAN PERNIKAHAN

Sudah lama juga gak posting. Kali ini postingnya berupa desain kartu undangan pernikahan, konsepnya sih semacam karikatur biar kelihatan sedikit beda dari yang biasanya. tapi tetap unsur BALI –nya harus ada.

surat undangan front copy

  • dimensinya kurang lebih : 9,5x16 cm
  • warna dasar gradasi warna coklat
  • sebagai unsur tradisi dipasang gambar bungan jepun bali, dan sapuan brush motif ukiran
  • foto pengantin dengan gaya karikatur termasuk tulisannya juga bernuansa kartun.

prewedding5gambar dasar dari foto karikatur ini diambil dari www.kaliaja.com, penyesuaian dilakukan pada foto wajah pengantin melalui editing photoshop untuk mendapatkan efek kartun (vektor)

Kunjungi blog saya yang lain

Klik dibawah !